Menguak Budaya Seni Rebana Islami Di Desa Mombi Kec. Alu Kab.Polewali Mandar |
![]() |
oleh Administrator |
Kamis, 15 Agustus 2013 11:16 | Tampil : 3157 kali.
|
Rebana, adalah salah satu kesenian tradisional Mandar yang menjadi alat dimasa dahulu untuk menyebarkan agama Islam. Ini menjadi salah satu bentuk alat yang mudah diterima oleh masyarakat untuk syiar penyebaran agama yang lebih mudah didekati dengan aspek seni. Penyampaian pesan moral dengan muatan agama lebih dapat dicerna oleh masyarakat dibandingkan dengan metode ceramah atau khutbah yang sifatnya satu arah. Seni menjadi alat yang paling baik untuk menyampaikan muatan-muatan positif dan ajakan untuk mengikuti nilai-nilai agama.
Pertunjukan rebana di tanah Mandar dapat kita saksikan saat berlangsungnya acara atau hajatan, semisal dalam acara pernikahan, maulid, sunatan dan beberapa even-even budaya lainnya seperti pada saat arak-arakan "totammaq" (penamatan Al Qur'an). Namun dalam pelaksanaannya rebana menjadi berbeda ketika dipertunjukkan untuk even yang berbeda pula, beberapa "tuttuq" juga akan berbeda, misalnya ketika ia dipentaskan dalam acara pernikahan, untuk maulid, ataupun pada saat pementasan "sayyang pattuqduq" Perkembangan kelompok rebana di desa Mombi kec. AluSecara umum kelompok rebana di tanah Mandar tidak lepas dari dinamisasi dan perkembangan, mulai ada kelompok-kelompok rebana yang hadir dengan modifikasi "tuttuqnya" sendiri yang mendobrak aturan rebana klasik. Karena itu ada berbagai macam kelompok rebana yang mulai hadir Seiring waktu kelompok-kelompok rebana modern lainnya lahir ditengah tuntutan rebana yang lebih kontemporer sebutlah pada kelompok rebana "Hidayatullah 1" dan "Hidayatullah 2" yang pada awalnya lahir dari kelompok rebana Al Ikhwan yang lebih menyerap aspek modernisme dalam berkesenian. Kelompok ini juga masih berasal dari desa yang sama di kec. Alu. Kelompok ini berusaha menyajikan rebana dengan lebih modern dan diterima oleh masyarakat. "Tuttuq" mereka lebih dinamis dan variatif jika dibandingkan dengan rebana klasik. Pelestarian budaya rebana di desa Mombi kec. Alu
Satu hal yang patut dicatat dan menjadi bentuk pelestarian budaya seni rebana ini adalah adanya pelibatan generasi muda (anak-anak) dalam kelompok rebana ini. Hal ini dapat menjadi semacam sebuah "regenerasi" untuk melahirkan pemain rebana yang akan meneruskan seni tradisional Mandar. Untuk kelompk rebana ini sebagian anak diikutkan dalam grup, untuk mereka yang masih berusia sangat muda akan menjadi seorang "paqdego" dan menari dalam lingkaran, sementara yang berusia lebih dewasa akan turut menghentak rebana bersama para orang tua. Bentuk-bentuk pelestarian budaya dan seni mutlak membutuhkan satu proses usaha untuk menjaga keberlangsungan hidup, karena jika tidak maka tidak mustahil tradisi ini akan musnah tergerus oleh budaya luar yang semakin merasuk. |

Tulisan Terbaru
- Uniknya Wadah Saleleng Dan Tiada Hari Tanpa Manisnya Gula
- Peserta Lomba Mewarnai Tingkat PAUD/TK Membludak Di Ajang LBF 2019
- Lapeo Bahari Festival (LBF) 2019 Mulai Dibuka Malam Ini, Ayo Ke Lapeo !
- Trip Sungai Maloso Mapilli ; Rasa Kawatir Berlebihan Dan Cerita Sejarah Yang Meninabobokan
- Ekspedisi Maloso; Catatan Singkat Dan Rasa Penasaran Pada Jejak Arkeologis Peninggalan Dinasti Tang
