Pullandoq Dan Puccecang Tokoh Dongeng Tanah Mandar Yang Terkikis Oleh Zaman |
![]() |
oleh Heriadi Darwis |
Rabu, 02 Oktober 2013 21:56 | Tampil : 8667 kali.
|
Kisah cerita lokal bertemakan anak-anak juga dikenal di daerah Mandar, salah satunya dengan tokoh yang selalu dipasangkan berdua, yaitu si Puccecang dan si Pullandoq. Dua tokoh yang selalu menjadi tema sentral cerita untuk kalangan anak-anak, seringkali dijadikan sebagai cerita pengantar tidur oleh orang tua (bapak atau ibu kepada anaknya) dan (kakek atau nenek pada cucunya), atau pada saat waktu senggang. Cerita lokal bertemakan Pullandoq dan Puccecang selalu mengetengahkan kisah antara si cerdas dan si tolol ataukah dengan dua karakter baik dan buruk, atau rajin dan malas. Kisah yang berkembang di masyarakat Mandar dikisahkan dalam banyak versi. Berikut ini adalah salah satu versi cerita si Puccecang dan si Pullandoq : "Dimesa wattu, puccecang annaq pullandoq mellambai di biring lembang. Ia riqo pullandoq, maqitai loka kaiyyang annaq mariri. Nasabaq andangi toriq mala mittekeq I pullandoq jari nasioi puccecang mittekeq. Tappana riqo, mittekeqmi daiq puccecang. Tappana iwaomi puccecang, maquangi pullandoq" Buanganaq mai pirallisar loka puccecang, meloq toaq iyau maqande loka. Apari tia napogauq I puccecang, tittai\I naung anna maquangi " jagai mating loka kaiyyang annaq maririo pullandoq,," Dipolongi carita , tappa diang buqang milleneq daiq di Puccecang, tappana nasikkiq "anunna" I Puccecang. Tappa bemmeq i Puccecang sola lokana,..! Terjamahannya adalah sebagai berikut : "Disuatu waktu Puccecang dan Pullandoq berjalan ditepi sungai. Tiba-tiba pullandoq melihat pisang yang besar dan kuning, Karna Pullandoq tidak bisa memanjat, akhirnya si pullandoq meminta puccecang memanjat. Si Puccecang pun memanjat. Setelah ia berada diatas pohon, Pullandoq berkata " Lemparkan saya beberapa pisang, saya juga mau makan pisang". Lantas puccecang justru buang air besar dan berkata " Tangkaplah pisang besar dan kuning itu" Singkat cerita, Tiba-tiba ada seekor kepiting yang memanjat pohon itu dan menggigit kemaluan Puccecang. Akhirnya puccecang pun jatuh bersama pisangnya." Demikianlah salah satu versi penggalan cerita tentang Pullandoq dan Puccecang yang 16 tahun yang lalu sering diceritakan oleh kakek dan bapak (aqba) si penulis. Cerita ini lucu dan mengandung nilai moral sehingga sangat cocok untuk kalangan anak-anak. Sebenarnya tidak salah jika mereka mengidolakan tokoh-tokoh tersebut diatas, namun pertanyaannya adalah "Haruskah tokoh-tokoh tradisional seperti Pullandoq dan Puccecang terlupakan? Tentu jawabannya "tidak", oleh karenanya sebagai generasi Mandar marilah kita menjaga kearifan lokal ini dengan mencintai dan melestarikan cerita ini. Minimal, kita memperkenalkan tokoh Pullandoq dan Puccecang pada anak-anak disekitar kita, agar mereka semakin cinta dengan budaya Mandar. Penulis :
Kontak Saya : facebook : https://www.facebook.com/heriadi.darwis |

Tulisan Terbaru
- Uniknya Wadah Saleleng Dan Tiada Hari Tanpa Manisnya Gula
- Peserta Lomba Mewarnai Tingkat PAUD/TK Membludak Di Ajang LBF 2019
- Lapeo Bahari Festival (LBF) 2019 Mulai Dibuka Malam Ini, Ayo Ke Lapeo !
- Trip Sungai Maloso Mapilli ; Rasa Kawatir Berlebihan Dan Cerita Sejarah Yang Meninabobokan
- Ekspedisi Maloso; Catatan Singkat Dan Rasa Penasaran Pada Jejak Arkeologis Peninggalan Dinasti Tang
