Lukisan keberanian manusia sulawesi dalam sastera |
![]() |
oleh Zulfihadi |
Sabtu, 30 November 2013 11:18 | Tampil : 3748 kali.
|
Seorang pemuda membawakan syair pattaroala (foto: Kaco Kendeq Tandiapa) Manusia Sulawesi dikenal sebagai manusia berwatak keras, pemberani dan menjunjung tinggi nilai kesetiaan bahkan mungkin cenderung pendendam(?). Ini bukanlah hal yang baru, ketika jaman ini persaingan makin keras dan cenderung membuat seseorng menjadi cepat emosi. Kekerasan watak, keberanian dan kesetiaan orang Sulselbar terkenal sejak jamn dahulu dan menjadi buah bibir di belahan dunia lain. Beberapa kejadian heroik telah dicatatkan oleh sejarah, mulai dari kisah Daeng Mangalle dengan kurang lebih 200 orang pengikutnya yang melakukan perlawanan terhadap raja Siam (Thailand) yang bernama Phra Narai di tahun 1658-1659 yang dibantu oleh pasukan perancis. Dimana Daeng Mangalle dan pasukannya berhasil menewaskan hampir 2000 orang Siam dan Perancis. (Kisah ini sendiri diambil dari catatan Claude de Forbin seorang ksatria Prancis oleh Raja Louis XIV). (sumber:http://lontarakarebosi.blogspot.com/2011/12/daeng-mangalle-tokoh-pembangkang-raja.html) Kemudian kisah To Salamaka Syekh Yusuf Al Makassary Al Bantany, yang membuat VOC mengalami frustasi berat. Dan hanya bisa ditangkap setelah anak perempuannya disandera oleh pasukan VOC, di Jawa barat. Dan berlanjut dengan kisah Ammana Pattolawali yang perlawanannya baru bisa dihentikan oleh Belanda setelah beliau terbunuh dengan jalan anggota tubuhnya ditarik dengan kuda kearah berlawanan hingga tercerai berai. Apakah ini kebetulan?
Ilustrasi duel dalam sarung (sumber foto: Sempugi)
1. Pangngaruq (Makassar)
Ikatte jarung karaeng.....na ikambe bannang panjaiq.... Artinya: Junjunganku !... Maafkan Aku Sebanyak banyakx !.. Dari kesalahan Di hadapan Kedudukan tahta yang mulia, jika pernah saya berniat tidak menghiraukan Titah Baginda... Kelahiranku ditakdirkan untuk mengabdi pada tuanku ... Maka jika aku ada berkhianat saya siap dirubuhkan dengan pedang yang terselip di pinggang tuanku.. Baginda Angin saya cabang pohon kayu yang ditiup angin.. Baginda Air hamba Batang yang menopang aliranx.. Baginda Jarum hamba benang penjahitx..
Ilustrasi perang Bone 1905 (Foto: wikipedia)
2. Mesong/osong ( bugis ) Ikrar pasukan cakkuridiE. Itaka' mai Lapuang, Djinniralana Tana Wajo ! Artinya:
Kompleks makam Ammana Pattolawali, desa Alu. (foto: KomPa DanSa Mandar)
3. Syair Pattaroalaq ( mandar ):
Itulah beberapa syair yang menggambarkan bagaimana orang-orang sulselbar dalam hal keberanian dan kesetiaannya. Semestinyalah kita sebagai penerus mampu menjadikan peninggalan-peninggalan sastera heroisme ini sebagai pegangan dalam menegakkan kedaulatan bangsa yang bermartabat. Dan semestinyalah kita mewarisi jiwa-jiwa ksatria leluhur kita, bukan hanya sekedar berbangga sebagai keturunan namun tak mampu mengejewantahkannya dalam hidup dan kehidupan kita.
Penulis. Zulfihadi, saat ini menetap di kec. Wonomulyo Kab. Polewali Mandar, hobi membaca hal yang berkaitan dengan sejarah dan budaya daerah serta mengutak-atik komputer, tenaga pendidik di SMK Soeparman Wonomulyo dan aktif sebagai pembina Pramuka di instansi mengajarnya.
|

Tulisan Terbaru
- Uniknya Wadah Saleleng Dan Tiada Hari Tanpa Manisnya Gula
- Peserta Lomba Mewarnai Tingkat PAUD/TK Membludak Di Ajang LBF 2019
- Lapeo Bahari Festival (LBF) 2019 Mulai Dibuka Malam Ini, Ayo Ke Lapeo !
- Trip Sungai Maloso Mapilli ; Rasa Kawatir Berlebihan Dan Cerita Sejarah Yang Meninabobokan
- Ekspedisi Maloso; Catatan Singkat Dan Rasa Penasaran Pada Jejak Arkeologis Peninggalan Dinasti Tang
