Mengurai Estetika Kehidupan Dalam Pementasan |
![]() |
oleh Muhammad Junaedi Mahyuddin |
Jumat, 01 Januari 2016 10:07 | Tampil : 1782 kali.
|
Malam tadi, Minggu 28 Desember 2015 Jarum panjang pas berada di angka 12 dan jarum pendek bertengger di angka delapan. Gadis berbaju putih bersarung saqbe merah jambu mempersilahkan penabuh rebana “Al-Amin” dari kecamatan Wonomulyo untuk tampil di panggung Aula S Mengga Unasman dan sekaligus membuka acara final teks mahasiswa Unasman jurusan Bahasa Indonesia semester 7. Gedung yang agak kecil karena penonton ramai, dihadiri dari kalangan mahasiswa/i Unasman, sontak riuh dengan tepuk tangan penonton karena penampilan rebana Al Amin yang membuka penampilannya dengan syair Kalindaqdaq. Tepuk tangan pun makin jadi dan beberapa penonton memancing pemain rebana untuk melanjutkan kalindaqdaq dengan dilontarkan “apa bomo eeee”. Sebuah ide yang brilian ditawarkan pengampuh mata kuliah tersebut, mahasiswa diajak untuk mengaplikasikan ilmu yang mereka dapati di kelas. Lalu, diarahkan untuk terjun bebas mengkaji ilmu kesustraan mandar kalindaqdaq yang kemudian dipentaskan dalam bentuk lakon Koa-koayang. Kegiatan final teks, merupakan rangkaian akhir dari mata kuliah pilihan “Sastra Mandar” yang diampuh oleh dosen muda Unasman Abd Muttalib Tajuddin, S.Pd., M.Pd. Setelah mahasiswa ditempa dengan ilmu teori dalam ruangan kelas mahasiswa diajak untuk mengaplikasikan ilmu yang mereka dapati selama proses perkuliahan ke dalam pentas panggung pementasan drama (teater). Para mahasiswa/i dibagi dua kelompok A dan B, memainkan naskah yang sama “Koa-koayang” karya Amru Sadong, digubah total lalu dinterpretasikan oleh sutradara yang ditunjuk oleh anggota kelompoknya sendiri, menjadi naskah pementasan dalam membaca lingkungan demografi perkotaan lalu mewarnai dan mengolah kembali ke dalam warna lokal. Kelompok A memainkan cerita, sekumpulan koa-koayang adalah mahluk (penjaga bumi ”hutan”) yang ingin dibunuh oleh pemilik modal yang ingin membangun pabrik di hutan tersebut. Akan tetapi keinginan pemilik modal terhalang oleh sekumpulan Koa-koayang yang hidup di hutan tersebut. Pemilik modal membuat seyembara dengan mengimin-iminkan jabatan kepada anggota penembak jitu untuk menangkap Koa-koayang. Sedangkan kelompok B, memainkan cerita, sekumpulan Koa-koayang merasa terusik dengan keberadaan pemilik modal yang ingin investasi besar-besaran di hutan yang ditempati oleh Koa-koayang. Koa-koayang membuat pertemuan antar Koa-koayang untuk membahas masalah hutan yang ingin dikuasai oleh pemilik modal. Para Koa-koayang sepakat menyerang pemilik modal dan beberapa anggotanya. Sekumpulan Koa-koayang menyerang pemilik modal, pertarungan antar Koa-koayang dan pemilik modal berlangsung sengit dan akhirnya Koa-koayang menang. Pemaparan masalah yang ditawarkan sutradara makin kompleks karena para Koa-koayang malah saling bunuh dengan alasan, siapa yang layak menjadi pemimpin dalam kelompok Koa-koayang. Para Koa-koayang berebut kekuasaan dan mereka semua mati. Menyaksikan penampilan mahasiswa Unasman dapat dikatakan naskah yang disajikan oleh mahasiswa Unasman pada malam itu dapat menjadi stimulus respon bagi mahasiswa yang melakoni peran itu untuk membaca fenomena-fenomena yang terjadi di sekitarnya dan dapat pula menjadi proyeksi diri bagi penonton dalam memahami permasalahan yang terjadi disekitarnya. Mahasiswa dipacu untuk menjadikan teater sebagai lahan kreativitas kesenian yang mendidik sehingga mampu mendidik generasi muda yang seimbang antara logika, etika dan estetika. Melalui naskah teater juga kita diajarkan nilai-nilai kemanusiaan. Seperti menghargai pesan yang akan dibawakan dan seseorang bisa mengenal berbagai karakter yang dimiliki oleh manusia dan memilah mana yang baik dan buruk. Ilmu yang mereka dapati selama proses perkuliahan hingga malam tadi tentunya mempunyai peran yang sangat besar dalam menanamkan nilai-nilai moral sebagai investasi moral dalam mengarungi masa depan. Format pengajaran kreatifJurusan Bahasa Indonesia Unasman, tanpa mengesampingkan jurusan lain dan universitas yang ada di Sulbar merupakan tempat pelestarian budaya bahasa kesustraan Mandar yang tepat. Dan yang dilakukan oleh mahasiswa jurusan bahasa indonesia Unasman semalam adalah bukti konkret dari apa yang menjadi cita-cita dosen pengampuh dan kampus Universitas Unasman Al-Asyariah Mandar untuk melestarikan bahasa kesustraan mandar agar tak terdegrasi bahasa pop.
Penulis :
Kontak Saya :
facebook : https://www.facebook.com/muhammad.j.mahyuddin
|

Tulisan Terbaru
- Uniknya Wadah Saleleng Dan Tiada Hari Tanpa Manisnya Gula
- Peserta Lomba Mewarnai Tingkat PAUD/TK Membludak Di Ajang LBF 2019
- Lapeo Bahari Festival (LBF) 2019 Mulai Dibuka Malam Ini, Ayo Ke Lapeo !
- Trip Sungai Maloso Mapilli ; Rasa Kawatir Berlebihan Dan Cerita Sejarah Yang Meninabobokan
- Ekspedisi Maloso; Catatan Singkat Dan Rasa Penasaran Pada Jejak Arkeologis Peninggalan Dinasti Tang
