Kisah Tomakaka Allung : Yang Wafat Di Tanah Mandar |
![]() |
oleh Muhammad Hasbi |
Kamis, 10 April 2014 19:34 | Tampil : 3550 kali.
|
Tomakaka allung merupakan salah satu tomakaka yang pernah ada dan berdiam di dalam wilayah Polewali Mandar, tepatnya di kecamatan Matakali desa Patampanua, dari hasil pembicaraan dengan sang pemandu pada saat Komunitas Penggiat Budaya Dan Wisata Mandar (Kompa Dansa Mandar) terdapat beberapa potongan cerita yang menarik untuk disimak dan diteliti lebih lanjut, dan dari ketikan jari ini serta olahan otak sang penulis diharapkan nantinya ada masukan dari rekan-rekan lainnya. Selanjutnya, ada beberapa pertanyaan mendasar yang sempat dilontarkan oleh penulis pada narasumber saat mengunjungi situs yang masuk dalam daftar objek sejarah oleh Balai Purbakala Makassar, yaitu siapakah nama asli Tomakaka Allung ini? dari mana tomakaka ini berasal ? dan apa kelebihannya sehingga ia bisa diangkat dan diberi gelaran Tomakaka Allung? berikut adalah pertanyaan yang akan kita telusuri dan coba kuak jawabannya. Diawali dari pertanyaan siapa nama asli Tomakaka Allung? saat kami mencoba menelusuri dengan mengajukan pertanyaan pada narasumber, ternyata sampai saat ini belum terdeteksi bayangan sedikitpun, yang diketahui hanya jenis kelaminnya saja yaitu laki-laki, tomakaka ini disinyalir hidup jauh sebelum agama Islam masuk ke Mandar. Dilanjutkan dengan pertanyaan berikutnya yang kami lontarkan, dari mana tomakaka ini berasal? dari penuturan Muhammad Salim yang merupakan narasumber warga lokal yang menemani Kompa Dansa Mandar saat melakukan kunjungan sejarah di makam Tomakaka Allung ini mengatakan bahwa tomakaka ini berasal dari daerah Bugis, itupun belum diketahui daerah Bugis yang mana. Lalu berikutnya kami cecar lagi sang narasumber dengan pertanyaan berikutnya mengapa beliau (Tomakaka Allung) bisa sampai ketempat ini? Pak Muhammad Salim mengatakan bahwa si Tomakaka diketahui ingin mengunjungi saudara kakak wanitanya yang berdiam di tanah Mandar, namun di tengah perjalanan beliau wafat dan di makamkan di daerah Allung ini. Dari pembicaraan ini ada sedikit yang membuat fikiran kami terganjal karna narasumber mengatakan bahwa dari beberapa suku besar yang ada di Sulawesi Selatan, Mandar, Bugis, dan Toraja adalah bersaudara, orang-orang Mandar mengenalnya dengan istilah "mesa kanneq". Secara rinci, yang bermukim di Mandar adalah seorang wanita dan di Bugis seorang pria dan di Toraja juga seorang pria, dimana ketiganya bersaudara. Yang bermukim di Mandar merupakan kakak tertua namun dia seorang wanita, sehingga para maraqdia di Mandar dipanggil dengan julukan daeng karna ia adalah seorang kakak. Apa kelebihan Tomakaka Allung juga menjadi salah satu daftar pertanyaan yang sempat kami lontarkan pada narasumber, ia lalu kembali bercerita bahwa pada satu hari tomakaka ini sedang ingin menangkap ayam hutan dan ia membuat perangkap, kemudian datanglah orang dari Salabose yang selalu memukul-mukul kayu sehingga menimbulkan kegaduhan yang menyebabkan ayam hutan ini pergi jauh, kemudian timbullah kegaduhan antara Tomakaka Allung ini dengan orang yang berasal dari Salabose ini hingga terjadilah adu keberanian. Singkat cerita dari kegaduhan ini orang dari Salabose mencabut pedang dan menebas membagi dua tubuh tomakaka ini hingga terpisah, kemudian pengawal dari tomakaka ini mengambil tubuh tomakaka yang terpisah ini dan menyambungnya kembali sambil membalut tubuh tomakaka dengan ular jenis piton, sehingga tubuh tomakaka ini kembali menjadi utuh sedia kala, kemudian tomakaka ini kembali menebas tubuh orang dari Salabose hingga tuan dari salabose ini meninggal. Demikian sekelumit kisah mengenai Tomakaka Allung yang sempat penulis rekam saat mengunjungi situs ini. Salah satu situs yang terbilang "kuno" dengan penggambaran masa "sebelum agama Islam masuk", jika melihatnya sejajar dengan masa pemerintahan kerajaan Balanipa di tanah Mandar maka mungkin ini adalah masa yang sezaman dengan I Manyambungi (Todilaling), Tomepayung, atau bahkan beberapa puluh tahun sebelumnya.
Muhammad Hasbi, saat ini menetap di kec. Tapango Kab. Polewali Mandar, hobi membaca hal yang berkaitan dengan sejarah, budaya daerah, travelling, serta fotografi. Saat ini berstatus sebagai tenaga pendidik di SMK Soeparman Wonomulyo (Teknik Otomotif) Kontak Saya : Facebook : https://www.facebook.com/abhy.polman
|

Tulisan Terbaru
- Uniknya Wadah Saleleng Dan Tiada Hari Tanpa Manisnya Gula
- Peserta Lomba Mewarnai Tingkat PAUD/TK Membludak Di Ajang LBF 2019
- Lapeo Bahari Festival (LBF) 2019 Mulai Dibuka Malam Ini, Ayo Ke Lapeo !
- Trip Sungai Maloso Mapilli ; Rasa Kawatir Berlebihan Dan Cerita Sejarah Yang Meninabobokan
- Ekspedisi Maloso; Catatan Singkat Dan Rasa Penasaran Pada Jejak Arkeologis Peninggalan Dinasti Tang
